Saturday, December 22, 2007

TATA HATI

GlacierOleh : Casnadi

TATA HATI

“Sedang cari apa Nak Mas......... ? Tanya Ki Bijak melihat Maula tengah sibuk mencari sesuatu digudang masjid.

“Ooh, ini ki, ana sedang cari martil serta tali kawat untuk mengikat tambatan hewan kurban ki.......... .” Kata Maula, yang memang tengah mempersiapkan tempat dan peralatan penyembelihan kurban beberapa waktu mendatang.

“Ketemu Nak Mas......... ....?” Tanya Ki Bijak.

“Dari tadi ana cari-cari, tapi belum ketemu juga ki, tempatnya berantakan sekali, barang yang sudah tidak terpakai bercampur dengan barang yang masih bisa dipakai, sehingga susah mencari sesuatu disini...... ....” Kata Maula.

“Iya, Aki maklum kalau Nak Mas tidak menemukan yang Nak Mas cari, karena kemarinpun Aki kebingungan mencari papan tulis yang biasa digunakan untuk taklim...... ......” Kata Ki Bijak maklum.

“Iya ki, mungkin harus segera kita benahi tata ruang gudang ini ki, selain susah mencari sesuatu, ana khawatir barang-barang yang masih bisa dipakai ikut rusak karena tertimpa barang yang sudah usang, sayang khan ki.......... ....” Kata Maula usul.

“Iya Nak Mas, apapun dan dimanapun, yang tidak ditata dengan rapih, sangat berpotensi menyebabkan ‘kerusakan, kesulitan untuk menemukannya atau bahkan kehilangan’ sesuatu yang mungkin sangat berharga bagi kita........ ......... ...”Kata Ki Bijak sejurus kemudian.

“Yang Aki maksud bukan hanya gudang ini khan ki.......... .?” Tanya Maula.

“Ya Nak Mas, gudang ini adalah sebuah ilustrasi yang sangat baik mengenai bagaimana jika hati kita tidak ditata sebagaimana mestinya.... .......” Kata Ki Bijak.

“Hati kita ki.........?” Tanya Maula.

“Benar Nak Mas...., hati kitapun harus kita tata dengan baik, agar tidak semrawut dan menyebabkan kita kebingungan ketika kita mencari sesuatu atau kerusakan yang sangat mungkin timbul akibat tidak tertatanya hati kita........ ...” Kata Ki Bijak

“Ana masih belum paham ki.......... ..” Kata Maula.

“Nak Mas masih ingat sebuah syair “hati tempat pahala dan dosa berlabuh.... ......... ?” Tanya Maula.

“Iya ki, itu lagunya Bimbo....... .......” Kata Maula.

“Nah Aki berpendapat begini Nak Mas, pahala itu ibaratnya barang-barang berharga yang kita peroleh dengan susah payah, pahala shalat kita, yang kita usahakan siang malam, mungkin pahala shaum kita dengan menahan sedemikian banyak godaan, pahala zakat kita dengan mengeluarkan sebagian uang kita, atau bahkan ilmu yang telah bertahun-tahun kita pelajari, kesemuanya adalah sesuatu yang sangat mahal dan berharga.... ........” Kata Ki Bijak.

“Lalu ki.......... ....?” Tanya Maula penasaran.

“Sementara dosa itu ibaratnya barang-barang yang juga merupakan ‘hasil jerih payah’ kita, ada dosa karena kita berlaku ujub dengan ibadah kita, ada dosa karena riya dan sum’ah kita, ada dosa karena kedengkian hati kita, ada dosa karena dusta kita, ada dosa karena keliaran pandangan mata kita, dosa karena kenakalan pendengaran kita, dan masih banyak lagi barang-barang bekas dan sampah yang bernama dosa itu yang mungkin kita kumpulkan selama ini......... .......” Kata Ki Bijak.

“Nah ketika barang-barang berharga kita, yaitu ‘pahala dan ilmu’, serta barang-barang bekas dan sampah yang bernama ‘dosa’ kita tempatkan bersama-sama dalam satu ruang hati kita, menurut Nak Mas apa yang mungkin terjadi..... .......?” Tanya Ki Bijak.

“Kemungkinan pertama, barang-barang berharga kita, pahala kita, ilmu kita, rusak karena tertimbun barang rongsokan atau tertular karat dari barang yang rusak tadi........ .........” Kata Maula.

“Ya, benar Nak Mas, itu kemungkinan paling besar, pahala kita rusak karena dosa-dosa kita, meski ada kemungkinan lain yaitu barang berharga kita akan menutupi barang-barang bekas dan rongsokan tadi, ada satu kemungkinan pahala atau amal baik kita menghapus dosa-dosa kita, tapi menurut Aki, barang bekas itu, kurang layak untuk ditempatkan secara bersama-sama dengan barang kita yang mahal dan berharga,terlalu beresiko.... ......... ...” Kata Ki Bijak.tetap saja, Ada lagi........ ....?” Tanya Ki Bijak.

“Kenapa ki.......... ......?” Tanya Maula.

“Ketika gudang kita sudah ditempati terlalu banyak barang-barang rongsokan, maka akan sulit bagi kita untuk menata gudang kita untuk terlihat lebih indah, karena sudah terlalu penuh oleh dosa kita yang bertumpuk... .........”

“Pun demikian halnya dengan hati kita, ketika hati kita sudah terisi penuh oleh dosa dan kemaksiatan, maka cahaya kebenaran, sebagai sarana penghasil pahala, akan sulit memasuki ruangan hati kita, yang telah terlebih dahulu dipenuhi dengan dosa dan karat maksiat..... ......... ..”Kata Ki Bijak.

“Bahkan ada yang mengatakan bahwa dosa yang kita lakukan, terlebih dosa besar, akan menghapus satu ilmu yang pernah kita pelajari dari hati untuk selamanya, Naudzubillah. ........” Sambung Ki Bijak.

“Benar ki, seperti gudang masjid tadi, meskipun sebenarnya cukup luas, tapi sekarang menjadi terasa sempit sekali karena banyaknya barang bekas yang seharusnya tidak ditempatkan disana, sehingga tidak terlihat lagi mana yang baik dan mana yang rusak....... ......” Kata Maula.

“Itulah kenapa Allah berkali-kali mengingatkan kita untuk tidak mencampur adukan yang haq dan yang bathil, karena keduanya tidak akan pernah bisa bersama-sama ada dalam satu ruang, keduanya akan saling mengalahkan. ..., beruntung kalau hal yang baik yang menang, tapi yang lebih sering justru kita lebih dikuasai oleh kebathilan, maka kita akan menjadi celaka karenannya.. ......... ...” Kata Ki Bijak sambil mengutip beberapa ayat al qur’an;

Ÿwur (#qÝ¡Î6ù=s? Yysø9$# È@ÏÜ»t7ø9$$Î/ (#qãKçGõ3s?ur ¨,ysø9$# öNçFRr&ur tbqçHs>÷ès? ÇÍËÈ

42. Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu[43], sedang kamu Mengetahui.( Al Baqarah)

“Aki benar ki, lalu bagaimana agar kita bisa menata ruang hati kita dengan baik, ki.......... .?” Tanya Maula.

“Kita orang yang paling tahu barang mana yang kita perlukan dan barang mana yang harusnya kita singkirkan, kitalah yang paling tahu mana yang pantas untuk kita simpan dihati kita dan hal mana yang harusnya kita sisihkan dari hati kita........ .....” Kata Ki Bijak.

“Kita tahu dusta itu hal yang tidak berguna, kenapa kita masih sering melakukannya. ....? sehingga mengurangi space hati kita untuk berkata jujur....”

“Kita tahu bergunjing itu sama sekali tidak mendatangkan manfaat apapun bagi kita, kenapa kita masih senang melakukannya. ..? Sehingga mengurangi ruang hati kita untuk dzikir atau tadarus al qur’an.....”

“Kita tahu mengumpat itu perbuatan tercela, lalu kenapa masih banyak diantara kita yang saling mengumpat dan mencela, sehingga ruang hati untuk menyambung tali silaturahim menjadi berkurang karenannya.. ...”

“Pun ketika kita tahu shalat tepat waktu adalah sebuah keutamaan, lalu kenapa kita masih mendahulukan pekerjaan lain.....? Bukankah hal itu pun akan mempersempit ruang hati kita untuk bermunajat kepada Allah...?

“Kita tahu bahwa zakat yang disertai keikhlasan merupakan sebuah keharusan, lalu kenapa masih banyak diantara kita yang zakatnya ingin dilihat orang....?, Bukankah itu juga akan mengurangi nilai pahala yang seharusnya kita dapatkan.... .?”

“Dan masih banyak lagi contoh-contoh perilaku kita yang lebih senang mengumpulkan sampah daripada menata barang berharga kita........ .......” Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki, kalau bahasa sekarang istilahnya STMJ kali ya ki........” Kata Maula.

“Apa itu STMJ Nak Mas......... .?” Tanya Ki Bijak.

“Shalat Terus Maksiat Jalan, shalatnya rajin, ujubnya bertambah, zakatnya rutin, pamrihnya makin menjadi, seperti itu khan ki........” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, seperti itu kira-kira... ...., Nak Mas memang pintar buat akronim seperti itu......... .” Kata Ki Bijak sambil tersenyum.

“Ki, kapan kita akan merapihkan gudang itu ya ki.......... .?” Tanya Maula meminta persetujuan Ki Bijak.

“Silahkan kapan saja Nak Mas, kalau Nak Mas dan rekan-rekan senggang, tapi jangan lupa, hati kita, hati Aki, hati Nak Mas, hati rekan dan santri lain juga harus terus-menerus ditata dan dijaga, jangan sampai seperti gudang itu, kalau sudah campur aduk begitu, setidaknya kita memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak untuk membereskannya. ......... ...” Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki, kalau hati kita sudah seperti gudang itu....,Naudzubilla h, berapa lama kita menatanya kembali..... ......” Kata Maula.

“Karenanya mulailah menatanya dari sekarang, menata hati kita agar rapih berseri dipenuhi cahaya ilahi....... ......, caranya tentu dengan menata apa yang sudah baik agar menjadi lebih baik, shalat yang sudah tepat waktu, ditambah dengan meningkatkan keikhlasan, zakat yang sudah jalan, ditingkatkan dengan ketulusan, nafilahnya dijaga, sunahnya dilaksanakan. ........”

“kemudian mengeluarkan hal-hal yang tidak berguna dari keseharian kita, hentikan dengan segera kebiasaan kita berdusta, hentikan dengan segera kesenangan kita bergunjing, kikis rasa ujub, riya dan takabur, serta jangan pernah sekali-kali untuk menambah dan memasukan ‘sampah dosa’ kedalam ruang hati kita, sekecil apapun itu, berusahalah untuk menghindarinya. ......... ......”Kata Ki Bijak

“Iya ki, semoga Allah menata hati ini menjadi ruang yang indah untuk dapat bermakrifat kepada-Nya ya ki.......... .” Kata Maula.

“Amiin, insha Allah Nak Mas......... ..” Kata Ki Bijak mengamini, sementara Maula meneruskan pekerjaannya menyiapkan tempat dan peralatan untuk idul kurban.

Wassalam

Desember 17, 2007
diambil dari Milis ISLAMDOTNET