Wednesday, May 23, 2007

Tentang Bumi

Bumi dalam arti sempit adalah tempat kita berpijak, sedangkan dalam arti luas mencakup lautan, daratan, dan segala isinya. Karena itu ada istilah "perut bumi", yang mengandung air, minyak, dan batuan, yakni renik tumbuhan serta hewan yang tertimbun selama jutaan tahun. Allah SWT memilih bumi sebagai tempat tinggal yang kaya dan subur untuk penghidupan manusia (QS.7 : 10). Bumi diciptakan Allah SWT dalam bentuk hamparan (QS. 2:22 ; 13:3; 20: 53-54), dan diciptakan-Nya pula gunung untuk mengukuhkannya, agar manusia dapat berdiam di atasnya tanpa ketakutan (QS. 27:61).

Allah SWT berfirman,
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu." Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas.Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.(QS.39:10).


Makna yang terkandung dalam ayat ini adalah bahwa kita akan mendapatkan kebaikan dari bumi jika kita beriman, berbakti kepada Allah SWT, dan bersabar. Sedangkan kebalikan dari ayat di atas dapat dibaca dalam QS.20:124, yang menyatakan bahwa siapa yang berpaling dari Allah SWT, maka baginya akan ada penghidupan yang sempit.
Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi (QS.2:30). Hanya Manusia, bukan jin atau malaikat, yang diberi kepercayaan oleh Allah SWT untuk memelihara bumi (QS.7:56,85), karena hanya manusia yang memiliki akal serta pikiran untuk dapat memahami tanda kebesaran Allah SWT di muka bumi (QS.30:22).

Memelihara bumi merupakan salah satu pertanda keimanan (QS.7:85). Betapa banyak sumber penghidupan yang diciptakan Allah SWT di bumi (QS.7:10). Kalau manusia memanfaatkannya dengan benar, maka hidupnya akan makmur dan sentosa. Tapi sayangnya, ada manusia yang cenderung merusaknya. Misalnya mereka yang menebangi hutan secara sembrono sehingga keseimbangan alam jadi rusak. Belum lagi yang menggali tanah, pasir, serta barang tambang lainnya secara tidak beraturan sehingga terjadi tanah longsor. Ada pula yang membuang limbah secara serampangan sehingga terjadi pencemaran air. Tidak hanya hewan yang ada di air terkena imbasnya, manusia yang menggunakan airnya pun pasti terkena imbasnya. Daerah resapan air di ganti dengan bangunan-bangunan beton yang megah, makanya banjir di mana-mana. Yang paling parah saat ini Lumpur Lapindo, belum menunjukkan adanya intensitas penurunan semburan lumpur. Semua ini menyebabkan kerusakan, baik di darat maupun di laut (QS.30:41), padahal Allah SWT telah mengingatkan manusia agar tidak membuat kerusakan dibumi, setelah diperbaiki (QS.7:56).

So,berapa Usia Bumi?..
Menurut ilmuwan, bumi berusia sekitar 4,5 milyar tahun. Dalam Al-Qur'an dan Hadis tidak ada keterangan tentang usia bumi, karena wahyu tidak bertujuan untuk itu. Tetapi ada kisah metaforik ketika Nabi Muhammad SAW melakukan Mikraj ke Sidratulmuntaha. Ia lemihat seorang kakek yang bergigi ompong, berambut rontok, berkulit kering, dan berwajah keriput. Si kakek berjalan terseok-seok. Lalu Nabi SAW bertanya kepada Jibril, "Siapa gerangan orang tua itu?" Jibril menjawab, "Orang tua itu adalah perumpamaan bumi yang berusia sangat tua."

Referensi : Ensiklopedi Islam

Aku ingin Berjuang

Kisah Teladan

Seorang pemuda belia dari kabilah Aslam sedang termenung sendirian agaknya dia sedang sibuk memikirkan sesuatu yang membebani hatinya. Pemuda itu bertubuh kuat, gagah, penuh gairah untuk menghadapi masa depan yang penuh berbagai tantangan. Badanya tegap dan kuat, sanggup untuk dihadapkan pada perjuangan seperti yang sedang dilakukan oleh yang lain, jihad fisabilillah

Adakah jalan yang lebih afdol dan lebih mulia dari jihad fisabilillah..? Rasa-rasanya tak ada. Sebab itulah satu-satunya jalan jika memang benar-benar telah menjadi tujuan dan niat suci untuk mencari restu dn ridho Allah SWT. "Demi Allah, inilah satu kesempatan yang sangat baik", kata hati pemuda itu. Yah,.....sebab disana, serombongan kaum muslimin sedang bersiap menuju juang jihad fisabilillah. Sebagian sudah berangkat, sebagian lagi baru datang, dan akan segera berangkat. Semuanya menampakan wajah yang senang, pasrah, dan tenang dengan satu iman yang mendalam. Wajah-wajah mereka membayangkan suatu keyakinan penuh, bahwa sebelum ajal berpantang mati. Maut akan menimpa diman pun kita berada. yakin bahwa umur itu satu. Kapan kan sampai batasnya, hanya Allah yang maha tahu. Bagaimana sebab dan kejadianya, takdir Allah lah yang menentukan.

Maut, adalah sesuatu yang tak dapat dihindari manusia. Dia pasti datang menjemput manusia. Entah disaat manusia sedang duduk, diam di rumah, atau mungkin berada dalam perlindungan benteng yang kokoh, mungkin pula sedang bersembunyi ditempat persembunyiannya, di gua yang gelap, di jalan raya yang ramai, ataukah di medan peperangan. Bahkan bukan mustahil maut akan menjemput kala manusia sedang tidur, di atas temapt tidurnya. Semua itu hanya Allah lah yang berkuasa, dan berkehendak atasnya.

Menunggu kedatangan maut memang masa-masa yang paling mendebarkan jiwa. Betapa tidak? Hanya sendirilah yang dapat dibawa menghadap penguasa yang Esa kelak. Medan juang fisabillah tersedia bagi mereka yang kuat. Penuh keberanian dan keikhlasan mencari ridho Allah semata. Mereka yang berjiwa suci ditengah-tengah tubuh yang perkasa. Angan-angan ikhlas yang disertai hati yang bersih. Memang, saat itu keberanian telah menjiwai setiap kalbu kaum muslimin. Panggilan dan dengungan untuk jihad fisabilillah merupakan angan-angan dan tujuan harapan mereka. Mereka yakin, dibalik hiruk-pikuknya peperangan Allah telah menjanjikan imbalan yang setimpal baginya. Selain dengan itu dia dapat membersihkan jiwanya dari berbagi noda. Baik itu berupa noda-noda aqidah, niat-niat jahat, berbagi dosa perbuatan ataupun kekotoran muamalah yang lain. Pengorbanan mereka yang mulia itu menunjukan kepribadian yang baik dan luhur. Semua sesuai dengan ajaran agama yang murni. Pantas menjadi contoh dan teladan, bahkan sebagai mercu suar yang menerangi dunia dan isi alam semesta.

Itulah renungan hati pemuda Aslam yang gagah itu. Sepenuh hati dia berkata seolah kepada diri sendiri. "Harus ! harus dan mesti aku berbut sesuatu. Jangan kemiskinan dan kefakiran ini menjadi hamabtan dan penghalang mencapai tujuanku."

Mantap, penuh keyakinan dan semangat yang tinggi pemuda tersebut ini menggabungkan diri dengan pasukan kaum muslimin. Usia pemuda itu memang masih belia, namun cara berfikir dan jiwanya cukup matang, kemauanya keras, ketangksan dan kelincahan menjadi jaminan kegesitanya di medan juang. Namun mengapa pemuda yang begitu bersemangat itu tak dapat ikut serta dalam barisan pejuan? Seababnya hanya satu. Dia tidak mempunyai bekal dan senjata apa-apa yang dapat dipakainya untuk berperang karena kemiskinan dan kefakiranya. Sebab pikirnya, tidak mungkin untuk terjuan ke medan perjuangan tanpa senjata apapun. Tanpa senjata dia tidak mampu melakukan apapun. Bahkan dia tidak akan berfungsi apa-apa. Mungkin untuk menyelamatkan diri saja, dia tidak mampu. Inilah yang menjadikan pemuda itu berfikir panjang lebar. Otaknya bekerja keras agar hasratnya yang besar berjuang dapat tercapai.

Setelah tidak juga dicapainya pemecahan, dia pergi menghadap Rasulullah SAW. Diceritakan semua keadaan dan penderitaan serta keinginannya yang besar. Dia memang miskin, fakir dan menderita, namun dia tidk mengharapkan apa-apa dari keikutsertaanya berjaung. Dikatakanya kepada Rasulullah SAW, bahwa dia tidak meminta berbagai pendekatan duniawi kepada Rasulullah; Dia hanya menginginkan bagaimana caranya agar dia dapat masuk barisan pejuang fisabilillah. Mendengar hal demikian, Rasulullah bertanya, setelah dengan cermat meneliti dan memandang pemuda tersebut: "Hai pemuda, sebenarnya apa yang engkau katakan itu dan apa pula yang engkau harapkan?".

"Saya ingin berjuang, ya Rasulullah!" jawab pemuda itu. "Lalu apa yang menghalangimu untuk melakukan itu", tanya Rasulullah SAW kemudian. "Saya tidk mempunyai perbekalan apa-apa untuk persiapan perjaungan itu ya Rasulullah", jawab pemuda tersebut terus terang. Alangkah tercengangnya Rasulullah mendengar jawaban itu. Cermat diawasinya wajah pemuda tersebut. Wajah yang berseri-seri, tanpa ragu dan penuh keberanian menghadap maut, sementara disana banyak kaum munafikin yang hatinya takut dan gentar apabila terdengar panggilan seruan untuk berjaung jihad fisabilillah.

Demi Allah! jauh benar perbedaan pemuda itu dengan para munafiqin di sana. Kaum munafiqin yang dihinggapi rasa rendah diri, selalu mementingkan diri-sendiri. Mereka tidak suka dan tidak mau memikul beban dan tanggung jawab demi kebenaran yang hakiki. Kaum yang tidak senang hidup dalam alam kedamaian dan ketentraman dlam ajaran agama yang benar. Mereka lebih suka berada dalam hidup dan suasana kegelapan dan kekalutan. Ibarat kuman-kuman kotor, yang hidupnya hanya untuk mengacau dan menghancurkan apa saja. Celakalah mereka yang besar dan tegap badan serta tubuhnya namun licik dan kerdil pikiran serta hatinya.

Kebanggaanlah bagimu yang tepat hai pemuda! semogalah Allah banyak menciptakan manusia-manusia sepertimu. Yang dapat menjadi generasi penerusmu. Yang akan menjunjung tinggi kemulyaan Islam, budi pekerti yang mulia menuju alam yang bahagia sejahtera lahir batin.

Benar, kaum muslimin sangat memrlukan jiwa yang demikian. Jiwa yang besar penuh keyakinan, dan juga keberanian yang mantap. Sepantasnya pemuda seperti dari kabilah Aslam itu mendapat segala keperluan serta keinginanya untuk melaksanakan hasrat cita-cita keinginan itu. Rasulullah SAW akhirnya berkata kepada pemuda Aslam tersebut: "Pergilah engkau kepada si Fulan! Dia yang sebenarnya sudah siap lengkap dengan perlatan berperang tapi tidak jadi berangkat karena sakit. Nah pergilah kepadanya dan mintalah perlengkapan yang ada padanya."

Pemuda itu pun bergegas menemui orang yang ditunjukan Rasulullah SAW tadi. Katanya kepada si Fulan: "Rasulullah SAW menyampaikan salam padamu juga pesan. Beliau berpesan agar perlengkapan perang yang engkau miliki yang tidak jadi engkau pakai pergi berperang agar diserahkan kepadaku." Orang yang tidak jadi berperang itu penuh hormat menjalankan perintah Rasulullah SAW sambil mengucapkan: "Selamat datang wahai utusan Rasulullah! Saya hormati dan taati segala perintah Rasulullah SAW."

Segera dia menyuruh istrinya untuk mengambil pakaian dan peralatan perang yang tidak jadi dipakainya. Diserahkan semua itu pada pemuda kabilah Aslam. Sambil mengucapkan terima kasih pemuda tersebut menerima perlengkapan itu. Sebelum dia berangkat dan meninggalkan rumah itu, pemuda tersebut sempat berucap: "Terima kasih sebesar-besarnya. Anda telah menghilangkan seluruh duka dan keputusasaanku. Bagimu pahala Allah yang besar tiada taranya. Terima kasih.........Terima kasih."

Pemuda suku Aslam itu kemudian keluar dengan riang. Wajahnya bersinar gembira. Dengan berlari-lari dia meningalkan rumah orang yang tidak jadi berperang itu. Di tengah jalan pemuda tersebut bertemu dengan salah satu temanya yang keheranan dan bengong. Tanyanya: "Hai, hendak kemana engkau?", "Aku akan menuju janntul firdaus yang selebar langit dan bumi", jawab pemuda itu dengan singkat dan tepat.

Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Monday, May 21, 2007

Kisah Pohon Apel

Kisah Teladan

Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemarbermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari.Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya diaberistirahat lalu terlelap di perdu pohon apeltersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangitempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anaktersebut.

Masa berlalu... anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. "Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu." Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau," jawab remaja itu." Aku mahukan permainan. Aku perlukan wang untuk membelinya," tambah remaja itu dengan nada yang sedih.Lalu pohon apel itu berkata, "

Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan."
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih. Masa berlalu...Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa.
Pohon apel itu merasa gembira."Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu."Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkah kau menolongku?" Tanya anak itu."

Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya." Pohon apel itu memberikan cadangan.Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong kesemua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa."Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu." Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai boat. Bolehkah kau menolongku?" tanya lelaki itu."

Aku tidak mempunyai boat untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan boat. Kau akan dapat belayar dengan gembira," kata pohon apel itu.Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudiannya pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimamah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu."

Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat boat. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati..." kata pohon apel itu dengan nadapilu."
Aku tidak mahu apelmu kerana aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mahu dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pohonmu kerana aku berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat," jawab lelaki tuaitu."

Jika begitu, istirahatlah di perduku," kata pohon apel itu.Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.
Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapa kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka.Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka,dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolongkita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup.Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapa mereka. Hargailah jasa ibu bapak kepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa menyambut hari ibu dan hari bapak setiap tahun.

Tuesday, May 15, 2007

Kiamat Sudah Dekat

Assalamu,alaikum. Wr.wb

Kiamat Sudah dekat? hm... seperti judul film ya. Ini memang sebuah judul film, tapi kali ini kita tidak menceritakan film tersebut, judulnya aja yang kita pake. Oke…

Apa benar ya kiamat sudah dekat? Mey be yes meybe no hanya Allah lah yang tahu.

Allah swt berfirman "
Mereka menanyakan kepadamu tentangt: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS: Al-A'raaf:187).


“Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). Dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu (sudah) dekat ?”
(QS.Asy-Syura: 17)

Yap hanya Allah swt yang tahu akan datangnya hari kiamat tetapi waktunya telah dekat.
Dan kedatangannya pun secara tiba-tiba. Tapi Kita bisa melihat tanda-tandanya. Misalnya Banyak musibah atau bencana yang terjadi dimana-mana dan itu termasuk kiamat kecil. Seperti Tanah longsor, banjir, Tsunami, atau Bencana Lumpur LAPINDO yang belum bisa di atasi hingga saat ini. Kemudian Wanita berpakaian seperti laki2 begitu pula sebaliknya. Dan ada masanya juga dimana manusia sudah tidak peduli lagi kepada para Ulama.

Coba saja kita lihat saat ini, orang lebih suka ber having fun (hura-hura) dari pada hadir di majelis ta’lim. Mesjid sering sepi dari pada tempat hiburan.
Ketika Adzan Zhuhur berkumandang, orang masih sibuk dengan kesibukannya masing-masing, ada yang bekerja, jalan-jalan, di Mal, nonton bioskop, dll.
Waktu Azhar pun tiba, sebagian ada yang telelap, ada yang menunda-nunda dan sebagainya.
Kasihan Mesjid, jamaahnya sedikit, kecuali Shalat Jumat, Idul fitri and Tharawih baru rame.

Tapi kalau sudah urusan nonton film dibioskop tepat waktu bahkan sebelum jam tayang udah nungguin, biar nggak kehabisan tiket katanya. Hmmm…Gimanah nih? Panggilan Allah swt Sang Kuasa, Yang menciptakan manusia, seluruh jagad raya di tunda-tunda. Urusan nonton malah tepat waktu. Padahal azab Allah sangat pedihhh….!!

Yah.. seperti itulah kira-kira tanda-tanda Kiamat Sudah dekat. Al-Qur’an tidak lagi di jadikan pedoman, tapi hanya menjadi pajangan di rumah. Ayat-ayat Allah di dustakan.

Allah SWT berfirman:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
(QS: Al –A’raaf: 96)

“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya” (QS: Al-Hajj:1-2)

Jadi apa yang harus kita lakukan?
Tentunya Kembali kepada Allah SWT dan perbanyaklah amal sholeh, karena itulah bekal kita kelak.

Dalam mutiara Hikmah pernah disebutkan: “Semua yang akan datang itu dekat.” Sehingga baik Nabi Muhammad maupun Malaikat Jibril sendiri tidaklah mengetahui, kapankah kiamat itu akan terjadi, sebab hal itu adalah merupakan rahasia Allah. Kehancuran alam semesta secara total ini dapat kita baca dalam Qur’an surah At-Takwir, Al-Insyiqaq, dan Al-Infithar maupun pada surah lainnya.
.
Insya Allah Sampai di sini dulu yah. Mohon maaf jika terdapat kesalahan. Maklum manusia. Dan Kebenaran hanya milik Allah SWT. Semoga Bermanfaat.

Wassalam.

Referensi :
Kitab Suci Al-Qur’an
“Keutamaan Membaca Al-Qur’an karangan Hussein Khalid Bahreisi”


Saturday, May 12, 2007

Icon di Adress

Assalamu'alaikum

Rekan netter...

kebetulan pas lagi iseng eh.. dapat sedikit tips untuk meletakkan icon kecil disamping alamat blog kita. coba lihat di address bar di atas, ada iconnya nggak? seperti disamping.


oke, Caranya mudah banget. Pertama siapkan dulu gambar yang mau di jadikan "icon" bisa format gif, atau ico. Tapi kalau cuma ada jpg tidak apa. Karena nanti gambarnya akan diconvert otomatis ke "ico".

Selanjutnya ke situs http://www.chami.com/html-kit/services/favicon/

Terus ikuti peunjuknya.

Kalau iconnya sudah jadi, simpan dulu, kemudian upload ke hosting.
Misalnya di geocities.com atau cjb.net

Atau kalau punya sofware untuk bikin icon, bisa langsung di upload ke hosting.

Kemudian salin codenya,

<link rel="shortcut icon" href="http://Alamat gambar anda"/>


Copy, sisipkan setelah <head>
Jadi deh...

Oke. mudah-mudahan yang sedikit ini bisa bermanfaat. Maklum baru pemula he..he..he..
Wassalam.

Thursday, May 10, 2007

Cinta Illahi

Assalamu'alaikum sahabat netter, pa Kabar? kita nyanyi dulu yuk! ini ada lagu dari Snada.

Judul : Cinta Illahi
Album : Dari Jakarta Ke Kuala Lumpur
Munsyid : Snada
http://liriknasyid.com

Kutahu pasti
Cintamu dalam dan murni
Namun mengapa sulit untukku
Mendapatkan cinta darimu

Hidupku ini
Terasa hampa dan sepi
Tanpa belaian kasih sayang-Mu
Cintailah hamba-Mu ini
Ya Allah

Ref:
Allah
Leraikanlah segala beban di dunia ini

Yang kuharap hanya cinta ikhlas-Mu
Merasuk ke dalam kalbu

Allah
Dengarkanlah
Bisikan suara hatiku
Hapuskan noda dan dosa di kalbu
Agar aku dapat menggapai cinta-Mu

Wednesday, May 9, 2007

Bentuk-Bentuk Penyesalan pada hari kiamat

Assalamu'alaikum.

Rasulullah saw bersabda:
"Ada dua nikmat, dimana banyak orang mengalami kerugian karena keduanya. Yaitu kesehatan dan waktu luang."
(HR: Bukhairi)

Ibnu Baththal berkata," Makna hadist di atas ialah orang punya waktu luang jika berbadan sehat. Jika seseorang punya waktu luang dan badan sehat, hendaklah ia berusaha sebisa mungkin tidak rugi, yaitu dengan cara bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepadanya. Di antara bentuk syukur tersebut tentu saja dengan mengerjakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dan barang siapa yang tidak mengerjakan hal ini, artinya ia orang yang merugi."
(Fathul Bari, jilid XI, hal.230)

Yup..tentu saja seseorang akan merugi jika ia tidak memanfaatkan kesehatan dan waktu luangnya untuk beribadah kepada Allah SWT. Bukannya disuruh untuk Taat, malah berbuat maksiat. Biasanya penyesalan memang selalu terjadi belakangan. Okey,ayo kita lihat bentuk-bentuk penyesalannya...

Penyesalan yang pertama : Kiamat Kecil

Kiamat kecil yang dialami manusia ialah kematian. Seseorang mulai merasakan penyesalannya ketika detik-detik akhir usianya dan meyakini nyawanya tidak lama lagi keluar dari tubuhnya. Allah Ta'ala berfirman,
"Dan dia yakin sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia). Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Kepada Tuhanmulah pada hari itu kami dihalau." (Al-Qiyamah: 28-30).

Saat itulah ia ingat semua waktunya, ribuan jam ia gunakan untuk perbuatan yang sia-sia, tidak digunakan untuk taat kepada Allah Ta'ala dan ia meminta untuk dikembalikan ke dunia untuk melakukan kebaikan (beramal shalih).
Allah Ta'ala berfirman,
"Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, ia berkata, "Tuhanku, kembailkan aku (ke dunia), agar aku berbuat amal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan." (Al-Mukminun: 99-100).

Itulah impian pertama seseorang. Namun, Allah maha mengetahui seluruh hal ghaib, dan apa yang dirahasiakan hati. Allah Ta'ala sudah tahu kebohongannya. Jika ia dikembalikan ke dunia, ia pasti bermaksiat lagi dan malas mengerjakan kebaikan.

Allah Ta'ala berfirman,
"Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu perkataan yang diucapkannya saja dan di depan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan," (Al-Mukminun:100)

Penyesalan Yang kedua: Gigit Tangan

Allah Ta'ala berfirman,
"Orang dzaliim menggigit dua tangannya sambil berkata,'Kecelakaan besar bagiku. Kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan teman akrab. Sesungguhnya ia telah menyesatkanku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia. " (Al-Furqan:27-29).

Penyesalan seperti ini terjadi ketika seseorang di akhirat melihat sahabat karibnya menelantarkan dirinya dan tidak berdaya membelanya di sisi Allah SWT. Saat bersama hanya bersenang-senang, begadang, pesta pora di meja judi dan minuman keras. Padahal itu semua tidak dapat menyelamatkannya dari kondisi yang ia hadapi sekarang.
Ia lihat penghuni neraka yang paling ringan siksanya iaah orang yang di letakkan dua batu di atas tapak kakinya, lalu otaknya mendidih.

Sayyid Quthb Rahimahullah juga berkata, "Ia tidak hanya menggigit satu tangan. Tapi, menggigit kedua tangannya secara bergantian atau menggigit kedua tangannya sekaligus, karena begitu berat penyesalannya yang terlihat
saat menggigit kedua tangannya. Itu gerakan yang merefleksikan kondisi kejiwaan,lalu terlihat nyata." (Fi Dziali Al-Qur'an, jilid V, hal. 2560.)

Makanya hati-hati dalam memilih teman. Jangan cuma lihat dari penampilannya saja. Tapi lihat juga keshalihannya. Pernah dengar lagunya "Opick" kan. Salah satu obat hati itu "Berkumpullah dengan orang shaleh".

Ok. TEman-teman, sebenarnya "Bentuk penyesalannya" masih ada empat lagi. Untuk sekarang yang ini dulu ya.
Nanti kita sambung di Posting berikutnya.
Terima kasih udah meluangkan waktu untuk membacanya. semoga bermanfaat..Wassalam.

Referensi :
- Kitab Suci Al-Qur'an
- "Taujih Ruhiyah" karangan Abdul Hamid Al-Bilali

Tuesday, May 8, 2007

AJAL MANUSIA

Kisah Teladan

Akibat utangnya membengkak dan tidak dapat membayar, seorang lelaki muda nekat hendak bunuh diri. Ia memilih tempat yang sepi dan membuat simpul tali pada sebatang ranting pohon nangka. Lalu memasukkan lehernya ke dalam jeratan, dan menendang batu yang dipakainya untuk pijakan kaki.

Begitu tubuhnya tergantung, ternyata ranting itu patah, tidak kuat menahan berat badannya. Ia jatuh ke tanah persis di atas tumpukan kotoran kerbau.

"Kurang ajar! Mati yang kucari, malah yang kuperoleh tahi kerbau," umpatnya.
Kemudian ia berusaha lagi. Kali ini dengan menunggu mobil yang melaju kencang di sebuah tikungan curam, di bawahnya terbentang jurang dalam, pada suatu malam yang gelap.

Dari kejauhan muncul bis yang dipacu sopirnya untuk mengejar tambahan penumpang. Begitu bis tersebut sudah dekat, ia melemparkan dirinya ke tengah jalan agar terlindas oleh bis itu.

Apa mau dikata. Sopirnya bermata awas. Melihat ada orang terlempar ke jalan, ia langsung membanting ke kanan. Lantaran terlalu patah, bis itu tidak dapat dikendalikan, langsung tercebur ke dalam jurang. Semua penumpang dan sopirnya tewas.

Dengan murung, lelaki muda itu mengguman, "Aku yang pingin mati, malah mereka yang mati."

Akhirnya ia mencari jurang lain. Di situ ia terjun dari atas sambil memejamkan mata. Ternyata bukan di jurang yang dalam ia terhempas. Hanya sebidang kebun teh yang rimbun. Ia cuma menderita luka-luka ringan, dan ditolong oleh janda pemilik kebun itu.

Sesudah sembuh, janda itu tertarik dan meminta lelaki tersebut untuk bersedia menikahinya. Karena janda itu masih muda dan kaya, serta sanggup mambayar lunas semua utangnya, maka lelaki itu tidak berkeberatan.

Tiga tahun sudah lelaki itu menjadi suami yang bahagia. Berisiti cantik, kaya, dan hidup di tanah pegunungan yang segar. Ia lupa akan niatnya hendak bunuh diri. Bahkan sekarang menjadi takut mati.

Pada suatu malam ia bermimpi didatangi Malaikat Maut. Kepadanya Malaikat Maut berkata, "Besok, jam sembilan pagi, engkau akan mati."

Ia terbangun dan ketakutan. Ia ingin segera lari dari tempat itu untuk menghindari MAlaikat Maut. Maka, walaupun hujan lebat, ia mengeluarkan mobil tanpa pamit lagi kepada istrinya. Ia memacunya dengan kencang di jalanan.

Ketika melewati tikungan tajam tempat tiga tahun yang lalu sebuah bis terjerumus ke dalam jurang akibat ulahnya, ia makin takut, sebab pada saat itu persis jam sembilan.

Akibatnya, ia tidak dapat mengendalikan kendaraannya karena terlalu lama melihat jam tangannya. Mobilnya selip dan terjatuh ke dalam jurang dan Laki-laki itu mati Seketika.

Karena itu, kematian jangan dicari, tetapi jangan juga ditakuti. Mereka yang mencari kematian, berarti menyia-nyiakan hidup. itu adalah dosa besar. Dan mereka yang takut mati, seharusnya tidak usah hidup. Sebab hidup pasti Mati.

Sumber: K.H. Abdurrahman Arroisi dalam bukunya "30 Kisah Teladan"

Monday, May 7, 2007

Uwais AlQarni: Terkenal Di Langit Tak Terkenal di Bumi


Kisah ini dikutip dari sebuah web. Karena Menurut saya kisah ini bagus banget jadi saya masukkan ke dalam blog ini. Siapa tahu teman-teman juga suka. Selamat membaca dan ambil ibrohnya.


Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.

Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya. Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.

Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”. Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.

Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”. Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah: “Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi".

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?” “Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?”tanya kami. “Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! ”katanya. “Kami telah melakukannya.” “Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!” Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? ”Tanya kami. “Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami berkata lagi kepadanya, ”Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.“Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.

sumber: almihrab.com

Tuesday, May 1, 2007

Jangan Tinggalkan Shalat Hey Pemuda...

Assalamu'alaikum .wr.wb

Alhamdulillah, Puji syukur Senantiasa kita haturkan kepada Sang Penguasa Yang Maha Agung dan Mulia Allah SWT.
dan Salawat serta salam tercurah kepada Qudwah kita Nabi besar Muhammad SAW.

"Jangan Tinggalkan Shalat hey Pemuda".. ya, itulah kata-kata yang harus kita ucapkan kepada para pemuda/i yang enggan melaksanakan Sholat. Terlebih lagi sholat Fardhu.
Karena Jika kita lihat saat ini, banyak sekali para pemuda yang berani meninggalkan Sholat Fardlu tanpa rasa bersalah. Meraka lebih mementingkan aktivitas dunia mereka ketimbang aktivitas akhirat yang seharusnya tidak mereka lupakan
Sengaja ana menuliskan artikel ini. Soalnya masih banyak para pemuda/i yang sering ninggalin shalat terutama di daerah ana di kota Samarinda. (Tapi nggak semua pemuda lo ya..)
Cerita sedikit yah.. jadi di kota Samarinda itu ada sebuah tempat namanya Tepian Mahakam. Di situ pemuda/i sering ngumpul2. Waktu Adzan Magrib udah berkumandang, ehh tetap aja mereka nongkrong.

Padahal Sholat merupakan Amal Perbuatan yang pertama kali di hisab, tetap aja ditinggalkan."Apa mereka tidak tahu atau sengaja tidak mau tahu?...and apa mereka nggak takut sama azab Illahi ya? padahal udah ada film "Hidayah, Rahasia illahi, azab Illahi (bukan promosi lo ya..).

Rasulullah saw. bersabda:
"Pertama kali perbuatan hamba yang akan dihisab di hari kiamat nanti adalah shalatnya, maka barang siapa yang shalatnya bagus, sungguh ia telah berbahagia dan akan selamat dan jika kurang baik shalatnya maka ia akan sengsara dan merugi."
(HR.Mundzir, Thabrani, dan Turmudzi)

Nah lo... Siapa yang ninggalin shalat ?.. masih berani ninggalin shalat ?... lihat lagi yang ini...

Allah Ta'ala berfirman dalam surah Al Muddatstsir: 42-48
yang Artinya:
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian". Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at dari orang-orang yang memberikan syafa'at."

Sudah tahu kan akibat ninggalin shalat," MASUK NERAKA" hiiiiiiiiiiiii ngeri banget deh...

Rasulullah saw. saja yang sudah dijamin masuk Syurga, tetap melaksanakan shalat. Bahkan kaki Beliau sampai bengkak. Subhanallah. Masa sih yang belum tentu masuk syurga masih males-malesan. Shalatlah kamu sebelum di shalatin orang. Selagi masih diberi kesempatan, gunakanlah dengan sebaik-baiknya.

Shalat itu sangatlah penting apalagi yang Fardlu dan kalau bisa berjamaah, kalau nggak bisa harus bisa. Yang sunnah juga kalau bisa jangan ditinggali.
Shalat itu adalah cahaya. Cahaya bagi kehidupan manusia. Shalat juga merupakan salah satu sarana komunikasi kita dengan Allah swt dan sebagai perwujudan rasa syukur kita atas limpahan karunia dan Nikmat yang telah diberikan-Nya.

Sampai disini dulu ya, Mudah-mudahan kita Merupakan orang yang pandai Bersyukur dan tidak meninggalkan Shalat tentunya. AMin...

Affwan jika terdapat kekurangan dan kesalahan.

Jazzakallah
Wassalamu'alaikum.

Detik-detik Rasulullah SAW Menghadapi Sakaratul Maut

Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan khutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.

Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

"Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya didunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ! ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"

"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.

"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita. Kerana sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.

KEJUJURAN SEORANG SAUDAGAR PERMATA

Pada suatu hari, seorang saudagar perhiasan di zaman Tabiin bernama Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya menjaga kedainya kerana ia akan keluar solat. Ketika itu datanglah seorang badwi yang hendak membeli perhiasan di kedai itu.

Maka terjadilah jual beli di antara badwi itu dan penjaga kedai yang diamanahkan tuannya tadi. Satu barang perhiasan permata yang hendak dibeli harganya empat ratus dirham. Saudara kepada Yunus menunjukkan suatu barang yang sebetulnya harga dua ratus dirham. Barang tersebut dibeli oleh badwi tadi tanpa diminta mengurangkan harganya tadi. Ditengah jalan, dia terserempak dengan Yunus bin Ubaid. Yunus bin Ubaid lalu bertanya kepada si badwi yang membawa barang perhiasan yang dibeli dari kedainya tadi.

Sepertinya dia mengenali barang tersebut adalah dari kedainya. Saudagar Yunus bertanya kepada badwi itu, "Berapakah harga barang ini kamu beli?" Badwi itu menjawab, "Empat ratus dirham." "Tetapi harga sebenarnya cuma dua ratus dirham saja. Mari ke kedai saya supaya saya dapat kembalikan uang selebihnya kepada saudara." Kata saudagar Yunus lagi. "Biarlah, ia tidak perlu. Aku telah merasa senang dan beruntung dengan harga yang empat ratus dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah lima ratus dirham." Tetapi saudagar Yunus itu tidak mahu melepaskan badwi itu pergi.

Didesaknya juga agar badwi tersebut balik ke kedainya dan bila tiba dikembalikan uang baki kepada badwi itu. Setelah badwi itu pergi, berkatalah saudagar Yunus kepada saudaranya, "Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan dua kali ganda?" Marah saudagar Yunus lagi. "Tetapi dia sendiri yang mahu membelinya dengan harga empat ratus dirham." Saudaranya cuba mempertahankan bahwa dia dipihak yang benar. Kata saudagar Yunus lagi, "Ya, tetapi di atas belakang kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan terhadap diri kita sendiri."

Jika kisah ini dapat dijadikan tauladan bagi peniaga-peniaga kita yang beriman, amatlah tepat. Kerana ini menunjukkan peribadi seorang peniaga yang jujur dan amanah di jalan mencari rezeki yang halal. Jika semuanya berjalan dengan aman dan tenteram kerana tidak ada penipuan dalam perniagaan. Dalam hal ini Rasulullah S.A.W bersabda, "Sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, yang melepas dan memberi rezeki dan sesungguhnya aku harap bertemu Allah di dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntut aku lantaran menzalimi di jiwa atau diharga." (Diriwayat lima imam kecuali imam Nasa'i)

kisah ini dikutip dari sebuah website, namun website tersebut sudah down
Semoga bermanfaat...Amin